Apakah Anda termasuk pribadi yang cenderung intovert atau ekstrovert? Secara umum, yang difahami oleh orang kebanyakan bahwa pribadi introvert lebih negatif dari pribadi ektrovert. Introvert adalah sebuah kekurangan dan kelemahan. Sebaliknya, ekstrovert merupakan kelebihan dan disukai banyak orang. Apakah benar begitu? Kalau iya, sungguh malangnya saya, sebagai seorang dengan kecenderungan introvert.
Apa yang dipercayai dan diyakini oleh kebanyakan orang dengan tanpa dasar argumen yang jelas bisa disebut sebagai mitos. Ya, mitos yang telah dipegang kita tentang dua tipe kepribadian ini (introvert dan ekstrovert), selain pandangan seperti di atas bahwa, orang introvert tidak menyukai para ekstrovert yang dangkal cara berpikirnya, si Introvert yang sombong, dan si ektrovert adalah pendengar yang mengerikan!
Apakah memang begitu? Jadi apa faktanya?
“Introvert mendapat energi dari dalam, sementara ekstrovert mendapatkan energi dari orang-orang, tempat dan rangsangan di luar mereka,” Demikian menurut Jennifer B. Kahnweiler, Ph.D, seorang yang berbicara profesional, pelatih eksekutif bersertifikat dan penulis.
Sambungnya lagi; Introvert penikmat kesendirian dan membutuhkan waktu sendirian. Mereka menikmati percakapan mendalam secara face to face – satu lawan satu. Mereka membiarkan jari-jari mereka yang bicara, lebih memilih email daripada telepon dan ingin mengekspresikan ide-ide secara tertulis, karena hal itu memberikan mereka kesempatan untuk refleksi diri.”
Bagaimana dengan Ekstrovert? Kahnweiler mengatakan; “Mereka ingin berbaur dan bergerak dalam situasi sosial. Mereka pertama kali berbicara, berpikir kemudian, karena mereka mengekspresikan diri secara verbal dengan lebih mudah. Mereka cenderung lebih bersemangat dan memiliki kecepatan yang lebih cepat dari irama suara mereka.”
Dengan kata lain, kegiatan eksternal merangsang ekstrovert, sedangkan ide dan refleksi batin merangsang introvert, tulis psikolog klinis Laurie Helgoe, Ph.D, dalam bukunya “Introvert Power: Mengapa Kehidupan Sisi Terdalam Anda Merupakan Kekuatan Tersembunyi Anda.” Di dalamnya, ia mencatat bahwa introvert cenderung memiliki otak lebih sibuk dari ekstrovert.
“Pencitraan otak menunjukkan bahwa ketika introvert dan ekstrovert menanggapi rangsangan eksternal, introvert memiliki aktivitas lebih banyak di daerah otak yang memproses informasi, membuat makna dan memecahkan masalah,” katanya. Hal ini mungkin menjelaskan mengapa introvert membutuhkan kesendirian dan waktu untuk refleksi diri guna menganalisa ide-ide dan memikirkan semuanya.
Di bawah ini, beberapa pandangan umum yang dilekatkan pada introvert dan ekstrovert beserta fakta-fakta yang sebenarnya.
1. Introvert itu pemalu.
Faktanya: Tentu saja ada introvert pemalu. Tapi introversi dan rasa malu tidaklah identik. Introvert hanya “tampak malu karena mereka cenderung berpikir sebelum mereka berbicara,” kata Helgoe, juga asisten profesor psikologi di Davis & Elkins College West Virginia. Mereka memproses hal-hal secara internal, sedangkan ekstrovert memproses hal-hal sebagaimana mereka yang bicarakan.
Seperti Susan Cain menuliskan dalam bukunya; Quiet: The Power of Introverts in a World That Can’t Stop Talking , bahwa “Rasa malu adalah ketakutan ketidaksetujuan sosial atau penghinaan, sedangkan introversi adalah lebih menyukai lingkungan yang tidak over stimulating. Rasa malu secara inheren menyakitkan sementara introversi tidak.
2. Introvert tidak mampu menjadi pembicara publik yang baik.
Faktanya: “Setidaknya setengah dari orang-orang yang berbicara tentang kehidupan adalah introvert” kata Kahnweiler. Mereka hanya mempersiapkan dan berlatih dengan sangat baik, dan “mereka memanfaatkan dari kekuatan mereka.” Banyak pembicara publik, motivator kehidupan yang sukses dan ternyata sosok introvert (ingat, introvert bukan pemalu, hanya saja lebih banyak berpikir sebelum berbicara).
3. Introvert tidak bahagia, atau ekstrovert lebih bahagia.
Faktanya: Akhir-akhir ini, Helgoe telah melihat mitos ini atau versi itu di seluruh media. Tapi itu bukan yang introvert tidak bahagia, atau ekstrovert lebih bahagia daripada introvert. Mereka hanya senang dengan cara yang berbeda.
“Ada bukti bahwa keterbukaan dikaitkan dengan lebih optimis, riang, tingginya-energi mempengaruhi.” Para peneliti menyebutnya sebagai “Gairah tinggi berdampak positif.” Introvert, bagaimanapun, cenderung “mencari bahagia dencan cara berbeda. “Introvert lebih suka perasaan positif yang rendah stimulus, seperti ketenangan dan relaksasi, katanya.
Sayangnya lagi, dalam kultur sosial kita terlanjur memercayai bahwa, kebahagiaan identik dengan energi yang meluap, dan diekspose ke publik. Sementara seorang introvert yang menikmati suasana damai dapat dipandang sebagai kondisi prihatin dan menyedihkan.
4. Anda berada pada salah satu tipe; seorang introvert atau ekstrovert.
Faktanya: Pikirkan introversi dan ekstroversi tidak dapat terpisah secara radikal. Sebagaimana juga tak ada seorang pun yang hanya memiliki satu jenis saja kecerdasan dari 8 kecerdasan majemuk. Kahnweler mengatakan; “Kebanyakan orang jatuh di suatu tempat di tengah,” kata Kahnweiler. Artinya, kita tak mungkin seratus persen menyebut diri sebagai introvert atau ekstrovert, hanya mungkin kecenderungan kita lebih condong ke salah satunya.
Juga, perilaku kita tidak dapat diprediksi di semua situasi, dan ada banyak jenis introvert dan ekstrovert, menurut Cain. Sebagaimana Jung, yang dengan tapat mengatakan, “Tidak ada hal seperti ekstrovert murni atau introvert murni. Orang seperti itu akan berada di rumah sakit jiwa.”
5. Ekstrovert adalah pendengar yang buruk.
Faktanya: “Ekstrovert bisa menjadi pendengar yang luar biasa, karena mereka menarik orang keluar dengan pertanyaan terbuka dan parafrase,” kata Kahnweiler. Misalnya, mereka mungkin berkata, “Jadi ceritakan lebih banyak tentang itu” atau “Apa yang Anda katakan adalah …” Ekstrovert mampu mengembangkan hubungan dengan orang lain dan tahu bagaimana membuat orang nyaman.
6. Ekstrovert tidak suka sepi atau waktu sendirian.
Faktanya: Ekstrovert juga memerlukan waktu sendirian untuk recharge. Tapi mereka membutuhkannya dalam “dosis yang lebih pendek dan dengan cara yang berbeda,” kata Kahnweiler. Misalnya, seorang ekstrovert mungkin mendengarkan musik denganheadphone mereka sambil duduk di warung kopi.
7. Ekstrovert adalah orang yang dangkal (dalam berpikir)
Fakta: Sekali lagi, ekstrovert dan introvert hanya memiliki cara yang berbeda untuk pemrosesan informasi, kata Helgoe. karena dia menjelajahinya dalam melalui interaksi. Ektrovert mungkin tampak lebih agresif, dominan, dan interaktif dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan banyak orang bahkan dengan orang-orang baru. Jangan dikira para ekstrovert hanya mampu bercuap-cuap. Karena ekstrovert mampu memperoleh informasi dan ide dari pergaulannya yang luas itu. Ya, bagi ekstrovert, interaksi dengan orang di luar dirinya adalah sarana untuk menggali ide dan kreatifitas.
Kalau introvert, mikirnya kelihatan banget (nggak mikir saja seperti sedang mikir), para ekstrovert sebaliknya, kadang mikirnya sambil ngobrol, seperti tak serius. Jadi, sekali lagi, ada banyak perbedaan di antara introvert dan ekstrovert, termasuk dalam hal proses berpikir, mencerna, dan menyikapi segala sesuatu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar