Rabu, 11 November 2015

BERLINDUNG DI BALIK QUOTE

Kalau masih suka tersinggung sama bercandaan teman. Berarti pulangmu kurang malam,mainmu kurang jauh. 
  
Sudah berapa kali quote itu melintasi media sosial yang saya punya, awalnya saya pun mengangguki kalimat tersebut. Beberapa orang memang gampang tersinggung karena tidak terbiasa dengan candaan yang dilontarkan teman, candaan yang menurut si penutur biasa saja tapi menyakitkan bagi si penerima. Tersinggung itu pun dikaitkan dengan seberapa jauh dan seberapa lama seseorang bergaul. Semakin jauh dan lama kamu bergaul, maka semakin tahan kamu menerima candaan dalam bentuk apapun. 

Nah terus bagaimana jika keadaannya berbeda, mainnya sudah jauh dan pulangnya sudah malam tapi masih tetap tersinggung sama bercandaan teman?
Kemudian muncul kata baper (bawa perasaan), sebutan untuk orang yang dianggap selalu melibatkan perasaan dalam pergaulannya. Semenjak ada kata baper, beberapa orang yang mampu menyakiti perasaan orang lain berlindung di balik kata itu. Terkadang dengan gampang kita mengatakan dia saja yang baper, padahal bisa saja mungkin bercandaan kita yang menyakitkan. Hanya saja kita tidak sadar.
Pada perkembangannya Baper itu seperti aib, seakan-akan berkata bahwa seberapa keras pun bercandaanya kamu tidak boleh baper, karena baper itu salah.  Yah kesannya bahwa orang-orang yang baper adalah orang yang salah, bukan si empunya bercandaan. Baper membuat kita tidak menghargai perasaan orang, bahkan cenderung menggiring kita menerima tuduhan/candaan apapun tanpa melakukan perlawanan. Karena melawan itu baper, maka melawan itu salah.
Bagaimana dengan si penutur? bagaimana kalau itu sebenarnya bentuk sebuah ketakutan dari si penutur? Ketakutan yang disembunyikan dengan cara menjadi penutur bukan sebagai penerima, tentu caranya harus dengan pandai bersilat lidah agar tidak menjadi korban. Atau paling tidak menjadi yang pertama meng’skak’ lawan bercandaan.
Tiap manusia punya cara pertahanan diri terhadap suatu keadaan yang disebut mekanisme koping, pola reaksi terhadap ancaman, ancaman akan menyebabkan kecemasan. Kecemasan inilah yang akan coba diatasi oleh mekanisme koping.
salah satu jenis pertahanan itu adalah mekanisme pertahanan ego. Mekanisme pertahanan ego terbagi atas beberapa bagian diantaranya kompensasi, denial, displacement, identifikasi, rasionalisasi, introjeksi, isolasi, proyeksi, over kompensasi, regresi, represi, splitting, sublimasi, Disosiasi, Intelektualisasi, supresi, undoing.
Si penutur mungkin saja adalah orang yang sedang mempertahankan dirinya, mungkin saja dia sedang melakukan salah satu tekhnik pertahanan ego yaitu kompensasi. Kompensasi adalah mengalihkan kelemahan dirinya dengan menonjolkan/ mengunggulkan/menggantikan keberhasilan-keberhasilan aspek lainnya yang dianggap sebagai aset dirinya.
Kompensasi bisa dibilang menyembunyikan ketakutan dengan menonjolkan kelebihan.
Lantas bagaimana seharusnya kita bersikap dalam pergaulan? Apakah memang salah satu indikator kedekatan kita dalam bergaul adalah ketika tidak ada lagi batasan dalam bercanda meski itu menyangkut hal-hal yang menyinggung perasaan?
Atau memang untuk mendapatkan teman bergaul kita harus tahan banting, menerima semua candaan, perlakuan, hinaan, kemudian membalasnya dengan senyum tanda baik-baik saja?
Mencari teman tidak seharusnya serumit itu. Pertemanan harusnya sebuah pertalian yang indah dari sebuah perbedaan.
Yang kita butuhkan dalam berteman hanyalah komunikasi yang baik. Bagi yang sering merasa tertindas, kamu harus angkat bicara. Katakan sampai mana batasan yang bisa kamu terima, tegaskan batas pribadi yang tidak boleh teman kita langgar. Katakan dengan lantang jika memang tidak suka dengan bercandaan teman.
Bercandaan teman yang berulang-ulang mungkin saja karena mereka berpikir tidak ada masalah dengan itu, toh kita menerimanya dengan baik-baik saja. Dengan berani menyatakan pendapat, mungkin teman kita akan sadar batasan yang bisa kita terima.
Yang kita butuhkan dalam berteman adalah komunikasi. Bagi kalian yang memiliki teman yang suka bercanda kelewatan, bersabarlah sedikit. Itu adalah cara yang dia tahu untuk menarik perhatian kita. Di dalam lubuk hatinya dia takut kehilangan teman, meski tidak akan pernah dia katakan. Malah cenderung menyangkal.
Jangan takut baper, jangan takut berteman karena tanpa teman kita bukan siapa-siapa.
“Pertemanan itu bukan soal seberapa jauh atau seberapa lama kamu bergaul, pertemanan itu tentang seberapa jauh dan seberapa lama kamu mau memahami temanmu”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar