Kita_ Oleh : Bangun Lubis
Mungkin tulisan seorang gadis bernama Masayu Nurul Fathimah usia sekitar 17 tahun yang menyoroti soal etika dalam pergaulan kaumnya, dapat dijadikan sebagai salah satu contoh, bahwa anak seumurnya juga telah menyadari betapa kini telah hilang sopan santun dari pergaulan kita.

Masayu yang tingga di Palembang menulis dalam sebuah akun blognya, menyebutkan bahwa dalam pergaulan sesama dalam masyarakat telah diwarnai dengan budaya asing (barat) yang justru bertolak belakangan jauh dengan budaya orang Indonesia atau yang dikenal dengan budaya Melayu yang Islami.
Budaya asing yang masuk ke Indonesia cenderung budaya yang negatif, dan tak Islami. Contohnya, cara berpakaian yang kini telah menjadi mode berpakaian sebagaian kita. Ada anak gadis kita berpakaian rockmini hingga terlihat pahanya . Begitu juga pakain tanktop yang memperlihatkan transparan bagian dadanya.
Mereka pun kini terlihat makin bebas pergaulannya. Semakin hari, makin menjadi budaya yang tak terpisahkan. Bila berbicara kepada orang yang lebih tua, mereka pun tidak menggunakan kata-kata halus atau sopan santun. Malah mereka bilang, “sedemikian perlukan bersopan santun itu. Norak, atau orang dewasa yang melarang itu dikatakan kampungan. Klatnya mereka , semua mau diurusin. Begitu ungkapan protes yang muncul dari anak-anak muda kebanyakan itu.
Mereka memang tidak begitu banyak faham lagi dengan kata-kata santun . Sebab kalimat santun dianggap bukan budaya ‘gaul’ yang ngetrend dalam kehidupan bersama diantara anak-anak muda. Banyak anak muda berkata, orang tua tak tahu mode, tak gaul, dan tak cerdas berbahasa, dan terkesan kampungan. Itu dengan seenaknya meluncur dari bibir mereka tanpa diolah terlebih dahulu di alam pikirnya.
Adanya pembelaan sejumlah lembaga semacam komisi HAM, juga telah membuat hak orang tua untuk memberikan arahan kepada anak-anak mereka agar berprilaku yang sopan dan santun, dan mengedepakan etika dalam menyapa maupun menghormati orang dewas, hilang begitu saja. Bahkan telah banyak orangtua yang diajukan anaknya ke jalur hukum dan menuntut orangtuanya ke pengadilan karena melarang berbuat sesuatu yang menurut orang tua dan ajaran Islam tidak bisa diterima. Akhirnya membuat orang tua jadi tak berdaya dibuatnya.
Begitu banyak budaya asing yang merontokkan tatacara bergaul anak bangsa ini, dan menggilas kebiasaan baik yang dianut masyarakat Indonesia . Sopan dan santun pun lepas dari peradaban anak muda, padahal mereka adalah harapan bangsa yang harus mempertahankan keberagaman budaya dan tatkrama bangsa yang terkenal ramah dan sopan ini.
Tentu bila berkelanjutan seperti ini, maka tak mengherankan bila kondisi itu makin merusak moral bangsa dan berganti dengan moral kebebasan yang tak berbatas bahkan justru melucuti atau mengkebiri hak-hak keberetrikaan (gaya pergaulan dan sopan santun) yang dipelihara untuk generasi ke depan. Mencemaskan nian kondisi ini.
Hilangnya sopan santun dan bertatakrama dalam pergaulan masyarakat, makan semakin nampak nyata, jati diri bangsa indonesia sudah semakin luntur. Tentu ini masalah besar yang dianggap sepele oleh sebagian orang. Tak dipungkiri masih banyak orang yang mengedepankan kesantunan dan kesopanan, serta tatakrama maupun gaya hidup serya mode berpakaian, tetapi seperti tak berdaya menaham derasnya gelombang arus budaya sekuler yang cenderung melunturkan tatakrama dan kesantunan umat Islam.
Ada istilah Masayu yang dia buat sendiri, yakni kesemua itu katanya akibat kurap (kurang rapi) kudis (kurang displin) kutil (kurang teliti) dan semua penyakit itu hanya karna kuman (kurang iman). Bregitulah bangsa ini digilas oleh budaya asing yang cenderung tak Islami.(*)
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/bangun_lubis/hilangnya-sopan-santun-dalam-pergaulan-kita_54f94a85a33311ab068b4a9a
Tidak ada komentar:
Posting Komentar