Selasa, 17 November 2015

Surat Untuk Diriku Sendiri yang Sedang Berusaha Memperbaiki Diri

Halo, diriku..
Apa kabarmu saat ini?
Apakah kamu masih sosok yang sama?
Sosok berkepala batu denganego yang selalu memenuhi udara?
Semoga saja tidak lagi.

Hai, ini aku, dirimu yang saat ini sedang tidak tenggelam dalam ego. Ya, aku menulis surat ini demi memperbaiki diriku sendiri. Aku ingin membuat kita tak lagi gemar menang sendiri sekaligus mengingatkan bahwa banyak orang di sekitaran yang tanpa kau sadari sudah kau abaikan. Lewat surat ini aku berusaha membantumu untuk tetap berpijak pada bumi dan mampu berbuat kebaikan selagi kamu masih bisa menghela udara.

Walau sering merasa dunia berlaku kurang adil padamu, sesungguhnya di sisi ada orang-orang yang begitu menyayangimu

kamu selalu dikelilingi oleh orang-orang yang mencintaimu
kamu selalu dikelilingi oleh orang-orang yang mencintaimu 
Mungkin kamu belum menyadari benar bahwa dari sekian milyar manusia yang memenuhi bumi, kamu termasuk dalam golongan yang beruntung. Ya, kamu memiliki ayah, ibu, saudara, bahkan kawan yang selalu ada di sekitaran. Ada sosok ayah yang siap sedia banting tulang memenuhi semua kebutuhan. Ada pula ibu yang merawat dengan penuh kasih dan tak pernah alpa menuturkan wejangan, membuatmu selalu berada dalam jalur yang benar.
Selain orangtua, ada juga sosok saudara yang walaupun menyebalkan namun sebenarnya mereka benar-benar peduli pada keadaanmu. Ah, dan masihkah kamu ingat bahwa kamu selalu memiliki kawan di dalam hidupmu? Para sahabat yang selalu ada untuk berbagi dekap di saat hatimu terbelah menjadi dua. Mereka juga selalu sedia telinga, tak pernah jemu, walaupun kamu selalu mengulang cerita yang sama.
Dengan banyaknya orang yang mencintaimu apa adanya, masihkah kamu merasa kurang beruntung sebagai manusia?


Mereka dengan sabar menerima segala tingkah konyolmu sebagai manusia. Sementara kau justru sering memandang kebaikan mereka sebelah mata

kamu gemar mengabaikan mereka
kamu gemar mengabaikan mereka via 
Memang manusia tidak bisa meminta watak apa yang melekat pada dirinya ketika dilahirkan. Begitu pula kamu, kamu memang memiliki karakter keras. Bahkan terkadang orang-orang di sekitarmu harus berlapang dada untuk berhadapan dengan kepala batumu. Sadarkah kamu bahwa egomu selalu memegang kendali dan memenuhi udara?
Ya, kamu sering ingin menang sendiri. Terkadang kamu juga tenggelam ke dalam rasa iri yang sering membuatmu membenci teman tanpa alasan yang jelas. Saat ada beberapa teman yang berhasil meraih penghargaan kamu akan mengucapkan dengan hati setengah dan senyum yang tidak terlalu merekah.
Dipenuhi dengan orang-orang baik hati yang memiliki rasa tulus mencintaimu juga tidak membuatmu merasa lebih baik. Kamu justru merasa bahwa kebaikan yang mereka lakukan merupakan sebuah kewajiban. Sehingga kamu pun lebih gemar mengabaikan. Berpikir bahwa toh usia mereka semua masih panjang dan kamu bisa membalas segala kebaikan mereka kapan-kapan.


Kamu boleh merasa ingin menang sendiri. Tapi bukankah mereka juga punya hati?


mereka juga bisa merasakan sakit 
Kamu mungkin tidak tahu betapa hati orang di sekitarmu selalu didera rasa sakit tiap kali kamu mengabaikan mereka. Ya, ibumu terluka tiap kali kamu selalu melontarkan alasan tidak bisa pulang ke kampung halaman. Begitu juga ayahmu, beliau kecewa ketika ragamu berada di rumah namun pikiranmu terhisap padapada layar ponsel.
Tidak hanya mereka, adikmu juga sebal ketika harus menghadapi sifatmu yang selalu kekanakan. Tahukah kamu, di usiamu yang sudah menginjak kepala dua ini harusnya kamu bisa menjadi contoh panutan? Ya, tidak seharusnya kamu ingin menang sendiri dan mengharuskan setiap orang menuruti segala keinginan.
Belum lagi ketika kamu justru mengabaikan sahabat-sahabat yang sudah begitu baiknya hadirdi dalam hidupmu. Kamu sengaja mengaku sedang sibuk dan enggan menghabiskan waktu ketika mereka butuh kehadiranmu. Kamu lebih menikmati ketika mereka bisa diajak berbagi suka. Namun saat mereka ingin sedikit membagi duka, kamu langsung menyibukkan diri.


Maukah sekarang kau sedikit melunakkan kerasnya kepala? “Selamanya” bukan bilangan waktu yang sah di dunia. Kau peru berubah sebelum penyesalan menyapa

Hasil gambar untuk bahagia bersama sahabat
berbagilah rasa sayang selama kamu masih bisa 
Kamu hanya diberi kehidupan sekali ini saja. Bertemu dengan orang-orang yang selalu membuat hatimu bahagia juga tidak selamanya. Ya, kamu tidak tahu kapan masa mereka di dunia akan habis, kamu bahkan juga tidak tahu kapan kontrakmu di bumi akan disudahi.
Jadi, sebelum segalanya terlambat dan kamu dilumat penyesalan, maukah kamu berbesar hati melunakkan kerasnya kepalamu? Maukah kamu tak lagi mengabaikan mereka yang selalu berbuat baik padamu? Sebelum kamu tak lagi memiliki kesempatan. Berbagi kasihlah kepada ayah, ibu, saudara, serta kawan-kawanmu yang selama ini ada untukmu. Kamu tidak akan merugi, justru perasaan gembiralah yang akan memenuhi hati.
Mulai sekarang berjanjilah kepada diri sendiri bahwa kamu tidak akan mengulang kesalahan yang sama demi kebahagiaan yang akan kamu petik di masa depan.

Manjaga Diri dari Jahiliyah Modern
http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,9-id,57989-lang,id-c,khotbah-t,Manjaga+Diri+dari+Jahiliyah+Modern-.phpx


Imam Syafi'i berkata bahwa bentuk jahiliyah pada masa pra Islam ada dua, pertama mereka yang mengaku punya kitab (ahlul kitab) namun mereka telah mengubah sebagian besar hukum-hukumnya, serta mencampurkan kebernaran dengan kepalsuan. Kedua, adalah orang-orang yang mengingkari Allah. Dengan tangannya sendiri dibuatnya batu dan kayu menjadi patung lalu disembahnya.

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، اَلَّذِى خَلَقَ اْلإِنْسَانَ خَلِيْفَةً فِي اْلأَرْضِ وَالَّذِى جَعَلَ كُلَّ شَيْئٍ إِعْتِبَارًا لِّلْمُتَّقِيْنَ وَجَعَلَ فِى قُلُوْبِ الْمُسْلِمِيْنَ بَهْجَةًوَّسُرُوْرًا. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحـْدَهُ لاَشـَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ وَهُوَعَلَى كُلِّ شَيْئ ٍقَدِيْرٌ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَاَفْضلِ اْلاَنْبِيَاءِ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَاِبه اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَاَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: اقراء باسم ربك الذى خلق خلق الانسان من علق اقراء وربك الأكرم

Alhamdulillah segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan kenikmatan paling mahal berupa 
ketaqwaan, keimanan dan keamanan. Marilah kita bersama-sama menambahkan rasa taqwa kita kepada Allah swt. agar dalam kehidupan kita kini dan nanti selalu dianugerahi hidayah-Nya.

Rasa syukur juga harus dipanjatkan kepada Allah swt yang telah memberikan kita keimanan dan keamanan di Indnesia ini. Iman sebagai modal kesuksesan hidup diakhirat dan keamanan menjadi pokok utama kehidupan di dunia. Inilah yang selalu kita minta dalam do’a kita ‘Rabbana atina fid dunya hasanah wa fil akhirati hasanah’.

Keimanan dan keamanan adalah dua hal yang saling mendukung. Keamanan secara fisik sebagaimana yang diberikan Allah swt kepada bangsa ini, harus kita sykuri bersama. Bentuk syukur itu tertuangkan dalam usaha kita menjaga kemanan dan selalu mengisinya dengan berbagai hal positif yang mampu mendorong nilai-nilai keimanan kita. Oleh karena itu janganlah kita sia-siakan kondisi yang aman dan damai ini. Marilah kita isi dengan segala kegiatan dan pekerjaan yang bersifat ubudiyah, yaitu pekerjaan kita sertai dengan niat lillahi Ta’ala. Meskipun kegiatan itu terlihat sangat duniawi berangkat ke kantor, berdagang di pasar hingga kerjabakti mingguan. Semua itu bernilai ibadah dan diganjar dengan pahala Allah swt jika diniatkan sebagai ibadah. Apalagi pekerjaan-pekerjaan yang secara lahiriah menjadi sunnah Rasulullah saw secara otomatis pastilah menjadi ibadah.

Diantara karakter pekerjaan bernilai ubudiyah adalah 1) tidak melanggar norma agama, 2) membawa kemaslahatan bersama, 3) tidak merugikan pribadi atau kelompok tertentu.  Inilah makna lain dari ahlussunnah wal jama’ah yaitu beramal sesuai dengan sunnah dan juga mempertimbangkan kepentingan bersama. Tidak mementingkan diri sendiri, kelompok atupun golongan.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Demikian hubungan antara keamanan dan keimanan. Bayangkan bagaimanakah nasib saudara kita yang ada di Suriah dan Irak, dapatkah mereka beribadah dengan tenang? shalat jum’at dengan nyaman? Apabila di luaran sana saudara-saudara yang mengaku se-agama mengancam keamanan mereka, hanya demi kepentingan satu kelompok saja! Sungguh di luar ahlussunnah wal jama’ah adalah kelompok-kelompok yang tidak patut dihormati, sebagaimana mereka yang mengaku ahlussunnah wal jama’ah tetapi tidak memperdulikan nilai-nilai kebersamaan.Na’uzdubillahi min dzalik.

Demikianlah kondisi Arab Jahiliyah sebelum kedatangan Islam. Mereka hidup dengan membanggakan suku dan kelompoknya masing-masing. Mereka kaum Jahiliyah memiliki Fanatisme yang tinggi, siapapun diluar suku mereka harus ditaklukkan. Tidak peduli siapa yang benar dan siapa yang salah. 

Dalam hal keimanan masyarakat Jahiliyah lebih suka bersekutu dengan kemusyrikan meskipun telah datang kepada mereka wahyu ketauhidan yang dibawa oleh Nabi sebelum rasulullah saw. Mengenai hal ini Imam Syafi’i dalam Muqaddimah kitab ar-Risalahmengklasifikasikan kelompok Jahiliyah menjadi dua golongan.
Pertama, mereka yang mengaku punya kitab (ahlul kitab) namun mereka telah mengubah sebagian besar hukum-hukumnya, mengingkari nikmat dan petunjuk Allah swt di dalamnya, serta mencampurkan kebernaran yang Allah swt turunkan dengan kepalsuan yang mereka ada-adakan. Demikian sebagaimana Allah singgung dalam Ali Imran ayat 78:
مِنْهُمْ لَفَرِيقًا يَلْوُونَ أَلْسِنَتَهُمْ بِالْكِتَابِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَابِ وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah", padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui.

Dan yang lebih parah dari itu, mereka suka menilai salah kepada kelompok lainnya, bahkan mereka mengaggap yang lain kafir dan merasa dirinya paling beriman. Padahal hati kecil mereka tahu akan kebenaran yang sejati. Tetapi hati mereka terlanjur keras membeku dan malu untuk mengakui kebenaran kelompok lainnya. Surat An-nisa menggambarkannya demikian:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِّنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا هَٰؤُلَاءِ أَهْدَىٰ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا سَبِيلًا
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al kitab? Mereka percaya kepada berhala dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang Kafir lainnya, bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman. 

Adapun golonga kedua, adalah orang-orang yang mengingkari Allah dan membuat sesuatu yang tidak diizinkan-Nya. Dengan tangannya sendiri dibuatnya batu dan kayu menjadi patung. Diberinya nama-nama yang indah dan diangkatlah patung-patung itu sebagai tuhan yang disembah. Bila mana hati mereka merasa bosan, patung tuhan itu lalu dihancurkan dan dibuatlah patung yang baru dengan nama yang baru pula. Demikianlah tradisi yang telah mengakar dalam kehidupan jahiliyah sebagaimana yang diwariskan oleh para pendahulu mereka, kata mereka:

وَكَذَٰلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَىٰ أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَىٰ آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ 
Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka"

Para Jama’ah yang Dirahmati Allah
Itulah dua kelompok Jahiliyah pada masa sebelum Islam datang. Satu kelompok dengan fanatisme tinggi disertai upaya memalsukan kebenaran, sedangkan satu kelompok lain tenggelam dalam kemusyrikan dan penuhanan benda-benda. Benih-benih ini tidaklah lenyap keseluruhan, malahan kini terlihat mulai bermunculan kembali dengan bentuk lain. Jahiliyah yang muncul di zaman modern ini memiliki karakter yang hampir sama. Fanatisme tinggi yang membuta tanpa disertai dengan ilmu. Menyalahkan dan menganggap diri paling benar, dan tidak segan-segan melakukan kekerasan demi kepentigan pribadi dan kelompok.

Minimnya pengetahuan ini menyebabkan mereka selalu gagal mencapai hikmah dai sari pati ayat-ayat al-Qur’an. Hanya dengan berbekal bacaan buku-buku terjemahan mereka menganggap diri mereka paling benar. Kitab-kitab hadits yang begitu menumpuk difahami melalui bahasa Indonesia. Mereka lupa bahwa hadits Rasulullah saw pada mulanya berbahasa Arab, dan yang mereka baca dan fahami merupakan hasil pikiran para penerjemah yang berlomba menerbitkan buku demi pasar dan uang. 

Dan yang lebih mengerikan sebagain dari mereka ini faham atas kesalahnnya tetapi malu untuk merubah haluanannya. Na’udzu billah min dzalik.
Inilah bentuk pemalsuan kitab di zaman modern. Tidak kata dan kalimatnya yang diubah tetapi pemahaman yang disederhanakan dan disesuaikan demi kepentingan. Kepentingan penerbitan, perdagangan dan pasar.

Adapun bentuk kejahiliyahan kedua yang kini sangat terasa adalah mempertuhankan tehnologi dan materi. Bagaimana seseorang pada zaman sekarang ini tidak merasa nyaman dan aman kehidupannya tanpa ada tehnologi. Bagaimana kegusaran seorang pemuda yang gadgetnya tertinggal di rumah sedangkan ia dalam perjalanan. Seolah gadget itulah yang akan menyelamatkan perjalanannya. Tehnologi dan pengetahuan menjadi satu gantungan manusia modern yang posisinya hampir menggantikan tuhannya. Masyallah.

Jika demikian maka tugas mereka yang mengaku penerus Rasulullah saw pada zaman sekarang adalah mengembalikan ketuhidan, memerangi fanatisme buta dan kembali mentradisikan berfikir dan membaca keadaan sebagaimana diperintahkan dalam wahyu pertama iqra’..! bismi rabbikal ladzi khalaq,..bacalah segala macam pengetahuan dengan nama Allah swt Yang Maha Mencipta.

Demikianlah khutbah singkat jum’at kali ini semoga kita semua mendapat petunjuk-Nya amien
 بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ فِى اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، اِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ.  

Khutbah II


اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ


اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ



Senin, 16 November 2015

Setiap perkataan adalah do’a


Kata orang “Mulutmu Harimaumu, yang akan menerkammu”.
Rasulullah Shallallahu’alaihiws allam bersabda:” Yang dikatakan muslim itu adalah manusia selamat dari bahaya lidah dan tangannya”.
Imam Ali Radhiallhu’anhu berkata:”Hati yang jahat terletak pada mulutnya, dan mulut yang baik, terletak pada hatinya”.
 


Terkadang kita sebagai manusia yang penuh dengan segala kekurangan dan kelebihan, akan selalu dihadapi dengan segala macam problematika kehidupan. Terkadang kita menghadapi berbagai benturan yang sama sekali kehadirannya tidak diundang dan tidak terbersit dalam pikiran kita, dimana segala yang terjadi diluar prediksi kita sebelumnya.

Disaat kita sedang menyupir mobil kita , tiba-tiba ditengah jalan ada saja mobil yang menyecocos, hal ini akan menimbulkan rasa sakit dihati kita, maka seringnya terjadi keluar kata-kata yang kurang enak kedengaran sama sekali ditelinga siapa saja mendengarnya, cacian makian akan keluar dari mulut kita dari lidah kita yang katanya tidak bertulang itu.

Ketika seorang ibu, melihat kenakalan anak-anaknya, tanpa disadari juga keluar kata-kata yang sama sekali seharusnya hal itu tidak pantas dikeluarkan dari mulut seorang ibu terhadap anaknya:” Anak sialan, anak kurang ajar, anak tak tau diuntung, bodoh..dsbnya…”, seorang ibu kurang menyadari akan sabda Rasulullah :”
Kullu kalam addu’a, setiap perkataan itu adalah merupakan do’a”.(Astagfirullaha ladziim, semoga kita bertaubat bila hal ini terlanjur kita keluarkan disaat-saat emosi kita datang).


Disaat seorang istri atau suami merasa disakiti pasangannya, tanpa disadari akan keluar cacian makian, baik kepada pasangannya, ataupun musuhnya, semua itu keluar dengan perasaan emosi yang amat sangat, tanpa kita bisa menyadari, dan berusaha mencoba melatih diri kita untuk bisa menahan emosi, karena,
 Rasulullah bersabda : “ Bukanlah dikatakan berani bagi mereka yang dapat mengalahkan musuhnya, (yang bisa merasa memang atas sebuah pertikaian, perkelahian) ,Yang dikatakan berani itu adalah mereka yang bisa menahan dirinya ketika dalam keadaan marah”.

Kita jarang, atau kurang atau bahkan sama sekali tidak menyadari bahwa yang dikatakan sabar atas segala musibah adalah mereka yang bisa bersabar disaat menghadapi problema pertama sekali datang, bukan setelah itu. Hal ini dapat kita lihat dari sebuah hadits, dari cerita seorang ibu yang menghadapi musibah akan kematian keluarganya, 
saat itu Rasulullah memberikannya nasihat agar bersabar, apa kata perempuan itu pada Rasulullah, :” Anda tidak tau apa-apa”, setelah rasulullah menghilang, diberitahukanlah kepada [perempuan itu bahwa yang menegurnya tadi adalah Rasulullah, dan ia datang kepada Rasulullah, apa jawab Rasulullah:”Sesungguhnya dinamakan kesabaran itu adalah sabar ketika menghadapi goncangan yang pertama sekali.”
Hilangnya Sopan Santun dalam Pergaulan 

Kita_ Oleh : Bangun Lubis 


Mungkin tulisan seorang gadis bernama Masayu Nurul Fathimah usia sekitar 17 tahun yang menyoroti soal etika dalam pergaulan kaumnya, dapat dijadikan sebagai salah satu contoh, bahwa anak seumurnya juga telah menyadari betapa kini telah hilang sopan santun dari pergaulan kita.

 Masayu yang tingga di Palembang menulis dalam sebuah akun blognya, menyebutkan bahwa dalam pergaulan sesama dalam masyarakat telah diwarnai dengan budaya asing (barat) yang justru bertolak belakangan jauh dengan budaya orang Indonesia atau yang dikenal dengan budaya Melayu yang Islami. 

Budaya asing yang masuk ke Indonesia cenderung budaya yang negatif, dan tak Islami. Contohnya, cara berpakaian yang kini telah menjadi mode berpakaian sebagaian kita. Ada anak gadis kita berpakaian rockmini hingga terlihat pahanya . Begitu juga pakain tanktop yang memperlihatkan transparan bagian dadanya.

 Mereka pun kini terlihat makin bebas pergaulannya. Semakin hari, makin menjadi budaya yang tak terpisahkan. Bila berbicara kepada orang yang lebih tua, mereka pun tidak menggunakan kata-kata halus atau sopan santun. Malah mereka bilang, “sedemikian perlukan bersopan santun itu. Norak, atau orang dewasa yang melarang itu dikatakan kampungan. Klatnya mereka , semua mau diurusin. Begitu ungkapan protes yang muncul dari anak-anak muda kebanyakan itu. 

Mereka memang tidak begitu banyak faham lagi dengan kata-kata santun . Sebab kalimat santun dianggap bukan budaya ‘gaul’ yang ngetrend dalam kehidupan bersama diantara anak-anak muda. Banyak anak muda berkata, orang tua tak tahu mode, tak gaul, dan tak cerdas berbahasa, dan terkesan kampungan. Itu dengan seenaknya meluncur dari bibir mereka tanpa diolah terlebih dahulu di alam pikirnya. 

Adanya pembelaan sejumlah lembaga semacam komisi HAM, juga telah membuat hak orang tua untuk memberikan arahan kepada anak-anak mereka agar berprilaku yang sopan dan santun, dan mengedepakan etika dalam menyapa maupun menghormati orang dewas, hilang begitu saja. Bahkan telah banyak orangtua yang diajukan anaknya ke jalur hukum dan menuntut orangtuanya ke pengadilan karena melarang berbuat sesuatu yang menurut orang tua dan ajaran Islam tidak bisa diterima. Akhirnya membuat orang tua jadi tak berdaya dibuatnya. 

Begitu banyak budaya asing yang merontokkan tatacara bergaul anak bangsa ini, dan menggilas kebiasaan baik yang dianut masyarakat Indonesia . Sopan dan santun pun lepas dari peradaban anak muda, padahal mereka adalah harapan bangsa yang harus mempertahankan keberagaman budaya dan tatkrama bangsa yang terkenal ramah dan sopan ini. 

Tentu bila berkelanjutan seperti ini, maka tak mengherankan bila kondisi itu makin merusak moral bangsa dan berganti dengan moral kebebasan yang tak berbatas bahkan justru melucuti atau mengkebiri hak-hak keberetrikaan (gaya pergaulan dan sopan santun) yang dipelihara untuk generasi ke depan. Mencemaskan nian kondisi ini.

 Hilangnya sopan santun dan bertatakrama dalam pergaulan masyarakat, makan semakin nampak nyata, jati diri bangsa indonesia sudah semakin luntur. Tentu ini masalah besar yang dianggap sepele oleh sebagian orang. Tak dipungkiri masih banyak orang yang mengedepankan kesantunan dan kesopanan, serta tatakrama maupun gaya hidup serya mode berpakaian, tetapi seperti tak berdaya menaham derasnya gelombang arus budaya sekuler yang cenderung melunturkan tatakrama dan kesantunan umat Islam. 


Ada istilah Masayu yang dia buat sendiri, yakni kesemua itu katanya akibat kurap (kurang rapi) kudis (kurang displin) kutil (kurang teliti) dan semua penyakit itu hanya karna kuman (kurang iman). Bregitulah bangsa ini digilas oleh budaya asing yang cenderung tak Islami.(*)

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/bangun_lubis/hilangnya-sopan-santun-dalam-pergaulan-kita_54f94a85a33311ab068b4a9a

Menjadi Kuat dengan Hinaan


Kritik, mungkin bisa diterima. Tapi hinaan? Tidak semua manusia bisa terima jika mereka dihina. Manusia tidak pernah mau direndahkan oleh siapapun. Namun, meskipun tidak mau dihina, mereka memiliki respon yang berbeda-beda untuk menanggapinya.
“Kau bodoh sekali! Apakah kau tidak pernah mendengarkan apa yang telah ibu guru ajarkan padamu di sekolah?”
Hal itu akan terdengar sangat kasar apabila diucapkan kepada seorang, terlebih lagi jika itu dilakukan di depan teman-temannya, di depan umum. Ucapan ini bisa saja muncul atas dasar ketidaksengajaan atau karena memang terlalu kesal dengan orang yang dimaksud. Namun, tetap saja. Ini adalah suatu hinaan yang menyakitkan. Lalu apa yang bisa kita lakukan seandainya berada dalam situasi seperti ini?
Orang dengan emosional tinggi, marah. Dia akan melawan balik dengan kata-kata yang lebih parah. Perang mulut, atau lebih buruk lagi, baku hantam. Tak ada lain, hal ini akan berakhir dengan suatu kesia-siaan, seperti rasa sakit, kesal, menyesal, dan malu.
Orang yang rendah diri, tertekan. Dia tidak terima dengan ucapan itu. Dia tidak suka. Tapi apa yang bisa dia lakukan kalau semua yang dikatakan itu memang benar? Akhirnya dia hanya bisa tertunduk dan menerima kalau dia memang bodoh. Sisanya, dia akan merenung sendirian dan menangis, lalu benar-benar menjadikan dirinya bodoh seperti yang mereka katakan.
Orang yang cuek, tidak belajar. Mungkin sudah menjadi kebiasaannya untuk tidak mau mendengarkan setiap hal buruk yang dikatakan orang lain. Dia memang tidak terpengaruh oleh hinaan itu. Tapi dia juga tidak mau belajar untuk mempelajari dirinya sendiri, apa yang membuat mereka menghinanya seperti itu.
Pernah melihat pacuan kuda atau karapan sapi? Untuk mendapatkan lari yang sangat kencang, hewan-hewan ini sering dicambuk. Terlihat jahat dan menyakitkan, tapi itu memang membuktikan bahwa cambuk itu menggerakkan mereka.
Tidak bermaksud untuk menyamakan manusia sebagai hewannya, tapi cambuk merupakan analogi dari sebuah hinaan. Ketika telinga kita menangkap adanya hinaan, sadarlah bahwa itu artinya masih terdapat hal yang kurang pada diri kita.  Memang terasa sakit, tapi harus menjadi lebih baik lagi.
Beberapa orang menamakan hal ini sebagai dendam positif. Kita menggunakan rasa sakit hati ini sebagai suatu motivasi untuk menjadi lebih baik lagi. Percuma kita menghina balik orang tersebut jika yang dikatakannya itu benar. Maka, yang kita lakukan adalah segera memberikan bukti bahwa hinaan mereka adalah suatu kesalahan.
Kawan,
Orang bilang hidup ini memang kejam, tapi hanya orang yang tahu cara menghadapi kekejaman itulah yang akan bertahan hidup. Menjadi orang yang dapat menghadapi hinaan dengan benar adalah sebuah berkah. Kita bisa mulai dari sekarang.
Sudahkah Anda menjadi orang yang tahan akan hinaan?

Kesabaran dari Kekurangan



Ingatkah kau momen dimana kau dipermalukan di depan orang banyak?mungkin dalam hidupmu ada beberapa kisah memalukan yang terjadi padamu,entah itu didepan orang ramai ataupun didepan beberapa temanmu.Mungkin kau akan malu besar,dan mungkin akan bersedih karena kau dipermalukan didepan orang banyak,kau menangis sedih karena malu,mungkin kau mengurung diri sendirian karena momen yang memalukan itu.

Setiap orang pasti mempunyai kisah yang memalukan seperti itu,mungkin itu dihina dan dipermalukan,atau tidak kau mungkin diperlakukan kasar sehingga orang banyak melihatmu dan menertawakanmu.

Manusia diciptakan berbeda-beda,dengan tingkat emosional yang berbeda pula,karena perbedaan itulah,manusia menanggapi respon dari dipermalukan itu berbeda-beda,ada yang menangis karena malu,ada yang mengurung diri setalah dipermalukan,ada yang mengalamai trauma,dan ada yang juga yang membalasnya dengan kekerasan karena dipermalukan.

Untuk mengatur emosi memang tidak gampang,pengendalian diri emang susah,bisa saja tiba-tiba kita diserempet oleh motor dan kita refleks mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor.Itu tergantung pribadi masing-masing.

Tetapi banyak juga orang yang begitu dipermalukan mereka diam dan memaafkan kesalahan orang yang mempermalukan mereka.Mereka tidak menyimpan dendam sedikitpun,mereka maafkan kesalahan orang tersebut dan mereka doakan orang itu agar di rahmati oleh Allah SWT.

Coba kita lihat kebawah,saudara-saudara kita yang kurang beruntung,mereka yang diberikan keterbatasan oleh Allah sebagai wujud kasih sayang Allah kepada mereka,ada mereka yang gaguk tidak bisa bicara,ada yang cacat sehingga tidak berjalan dengan benar,ada yang memiliki fisik tidak sempurna,tapi tidak sedikit dari mereka yang ikhlas menerima itu.

Tapi cobalah kau perhatikan,banyak orang yang menghina mereka,mengolok-olokan mereka terkadang mereka dihina karena cacat yang mereka alami,menirukan gaya berjalan mereka yang tidak normal di hadapan orang cacat tersebut.Coba kau bayangkan,betapa sedih hati orang yang cacat itu,mereka begitu bukan karena kehendak mereka,tapi kehendak Allah SWT,Tuhan semseta alam yang menciptakan kita.

Tapi apa yang kita lihat,mereka tidak melawan,mereka sabar dengan apa yang mereka terima,bahkan dengan keimanan yang mereka miliki mereka mendoakan agar orang tersebut diampuni dosanya.Tidak pernah mereka melawan orang yang menindas mereka,dengan apa mau mereka lawan,sedang fisik mereka tidak sempurna,tapi Allah Maha Adil,Allah berikan kesabaran yang lebih kepada mereka-mereka yang cacat itu.

Jika kau pikirkan dengan baik,apakah gunanya Allah menciptakan manusia bermacam-macam,berbeda-beda ?itu sebuah ujian Allah kepada kita manusia di bumi ini,bagi mereka yang kaya,bantulah saudaramu yang kesusahan,bimbinglah mereka,bantulah mereka,siapa lagi kalau bukan si kaya yang menolong si miskin,dia diberikan oleh Allah rezeki yang melimpah,dan bagi si miskin,itu adalah ujian kesabaran yang harus dilewatinya,yang harus diterimanya didunia,dengan atau tanpa pertolongan dari si kaya.Mereka harus percaya rezeki sudah diatur oleh Allah bagi setiap hamba-hambaNya.

Orang-orang yang memiliki keterbatasan itu adalah orang-orang yang diuji oleh Allah SWT,iman mereka diuji dari apa yang diberikan oleh Allah SWT,mungkin mereka akan mendapat hinaan yang begitu pahit dari orang-orang sekitarnya,dihina,dicemooh.Tapi mereka begitu sabar menghadapinya,biar lah Allah yang Maha Kuat yang membalas perbuatan mereka kelak.

Saya juga mempunyai teman,yang memilki keterbatasan dalam berbicara,dari kecil hingga sekarang masih seperti itu,terkadang dia sedih dengan apa yang dideritanya,dia kadang dicemooh,kadang dihina,entah itu dari temannya,dari gurunya,dari orang sekitarnya bahkan keluarganya sekalipun banyak yang mengolok-olokan dirinya,dia sedih begitu hinaan itu sampai kepada dirinya,dipermalukan didepan banyak orang,tapi masih ada orang yang mengerti dengan kondisi fisik dirinya,gurunya yang selalu menasehatinya,teman yang selalu mendukungnya,bahkan dosen yang selalu membimbingnya,itulah obat baginya,obat mental yang jarang ia dapatkan.

Teman,hidup ini memang penuh dengan cobaan,mungkin kau akan dihina,mungkin kau akan dicemooh oleh teman-temanmu,mungkin kau akan dipermalukan,hidup ini memang butuh pengorbananmu temanku,mungkin bagi teman-temanku yang mempunyai keterbatasan fisik maupun mental,bersabarlah temanku,tidak ada yang perlu engkau risaukan,dekatkanlah dirimu kepada Allah SWT,Allah yang Maha Pengasih lagi maha Penyayang,Allah yang Maha Mengatur segalanya,biarpun dirimu suatu waktu dihina,dipermalukan,bersabarlah teman,aku punya suatu pesan untukmu;

"biarkanlah dirimu,lapangkanlah hatimu ketika kau dihina didunia ini,bersabarlah dan mintalah kesabaran dari As-Shobuur,maafkanlah mereka yang menghinamu,doakanlah mereka agar diampuni,biarkan dirimu dihina didunia ini,asalkan dirimu tidak hina ketika kau berada dipengadilan Allah SWT,asalkan dirimu tidak dihinakan oleh Allah akibat perbuatanmu didunia,asalkan dirimu tidak hina ketika kau berada di akhirat"

Sungguh hina dan cemoohan dibumi ini hanyalah sementara,tapi jika kau hina ketika kau berada di akhirat,itu adalah suatu keadaan yang tidak bisa kau tolak,jadi biarkanlah hina dari orang-orang didunia ini menggerogoti jiwamu,asalkan hina itu tidak kau dapatkan ketika berada di akhirat didepan Allah SWT.Biarkanlah kesabaranmu didunia sebagai penolongmu di akhirat,biarkanlah kesabaranmu atas hinaan didunia yang melindungimu ketika kau di pengadilan Allah SWT,agar dirimu terlindungi dari hinaan di akhirat.


الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
( QS. Ali Imran 3:134 )


رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدتَّنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلاَ تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لاَ تُخْلِفُ الْمِيعَادَ
Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji."
( QS. Ali Imran 3:194 )

وَلَا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ
dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan,
( QS. Asy Syu'araa 26:87 )

Rumitnya omongan orang lain by Tere Liye


Saya kira, banyak diantara kita yang pernah mendengar kisah: seorang bapak, anak dan seekor keledai. 
Yang saat si bapak naik keledai, si anak disuruh jalan, orang2 sibuk berkomentar,
 "Aduh, tega banget, si anak disuruh jalan, bapaknya enak2 naik keledai." 
Lantas si Bapak yang tidak tahan mendengar omongan orang lain, memutuskan si anak naik keledai, bapaknya jalan, tapi orang2 tetap berkomentar,
 "Aduh, dasar anak tidak sopan. Bapaknya disuruh jalan, dia enak2nya naik keledai."
Si Bapak lagi2 termakan omongan orang, memutuskan mereka berdua naik keledai. Tapi lagi2 orang berkomentar, 
"Aduh, dasar tidak punya otak. Keledai kecil gitu, dinaiki dua orang."
 Si Bapak lagi2 termakan omongan, memutuskan mereka berdua turun, berjalan kaki. Tapi orang2 tetap saja berkomentar,
 "Aduh, bodoh banget, punya keledai, eh dua2nya malah jalan."

Cerita ini sering disampaikan oleh guru2 kita. Dan dalam banyak kesempatan, kita mengalami sendiri di dunia nyata. 

 Saya misalnya, menerbitkan buku di group Gramedia. Ada saja yang komentar,
 "Anda ini Tere Liye, kenapa memilih penerbit kristen? Kenapa tidak memilih Mizan? Kenapa membuat kaya mereka?"

Baiklah, kalaupun saya terbitkan di Mizan, apakah komentar akan berhenti? Tidak. Komennya mungkin akan muncul seperti ini,
 "Anda ini Tere Liye, tahu tidak, kalau Mizan itu syiah? Kenapa tidak di Republika?" 

Seolah tahu banget Mizan itu seperti itu. Baiklah, kalaupun saya terbitkan di Republika, apakah komentar orang2 akan padam? Tidak. 
Komennya berubah jadi,
 "Anda ini Tere Liye, memangnya tidak tahu kalau Republika itu punya misi bikin negara Islam? Namanya saja sudah Republik Agama (Republika)?" Lagi2 orang2 ini seolah tahu sekali soal Republika.

Rumit sekali jika kita ingin mendengarkan omongan orang lain. Kita pilih jelaskan baik2, mereka tidak sudi mendengarkan. Kita tidak jelaskan, mereka menyimpulkan makin semaunya. 

Terus terang saja, kalau sudah jengkel, maka saya akan menabok orang2 ini dengan jawaban: "Dek, sudah 8 tahun berlalu, saya sudah punya 20 buku. Situ sudah punya buku berapa? Aduh kasihan, ternyata hanya masih saja nanya2 hal beginian? Meributkan hal2 kecil tiada guna."

Saya tahu, tidak mudah menghadapi omongan orang lain yang seolah tahu banget--padahal cuma sok tahu. Tapi terlepas apapun reaksi kita, selalu pastikan: kitalah yang selalu dalam posisi kongkret (bukan hanya komentator). Dengan demikian, jika kita terpancing emosi, jadi bertengkar, kita tetap tidak rugi, karena kita tetap punya sesuatu yang nyata. Karya yang nyata. Tidak apa marah, namanya juga manusia, besok lusa, kita akan belajar cara terbaik menghadapi omongan orang lain. Toh, kita memang tidak bisa mencegah orang harus ngomong apa soal kita. Dunia ini bebas sekarang, orang2 bahkan merasa bisa memfitnah dengan bebas.

Dan pastikan berkali2, bukan kitalah tukang nyinyir tersebut, karena hidup ini terlalu berharga jika dihabiskan hanya untuk mengomentari orang lain. Orang2 sudah melesat ke bulan, kita hanya terus jadi komentator.

“Kebenaran yang dihasilkan dari persepsi Anda belum tentu menjadi benar dipersepsi orang lain.” – Djajendra


 Setiap orang, siapa pun dia, apa pun pilihan hidupnya, maka dia layak mendapatkan cinta dan kasih sayangmu. Karena, saat dirimu mengeluarkan kebaikan, saat itu kebahagiaanmu akan meningkat nikmatnya berlipat kali. 

Salah satu kebiasaan dan perilaku yang kurang baik, tapi terlalu sulit untuk disadari adalah sifat suka menilai orang lain. Mungkin sangat banyak waktu dihabiskan untuk menilai orang lain daripada menilai diri sendiri. Seolah-olah hidup ini harus terfokus untuk melihat orang lain, dan untuk menilai mereka, lalu membahas secara tuntas tentang sikap, sifat, perilaku, kebiasaan, dan tindakan mereka. Dan, diri sendiri selalu lupa untuk bertanya kepada dirinya sendiri, “siapa aku”?

 Ketika seseorang menyibukkan hidupnya dengan mengundang perilaku orang lain ke dalam hidupnya, maka dia akan lupa untuk berpikir buat pertumbuhan, perbaikan, dan kemajuan kepribadiannya sendiri yang lebih berkualitas. Mungkinkah sifat menilai adalah sifat alamia manusia? Sebab, kebanyakan orang selalu menjadi sangat pintar dalam menilai perilaku dan sikap orang lain, dan menjadi sangat tidak pintar untuk menilai perilaku dan sikap diri sendiri. Bukankah ini sebuah kerugian besar buat kemajuan diri sendiri? Semua orang pasti paham bahwa kualitas hidup dalam kebahagiaan hanya bisa dimiliki, pada saat seseorang mampu memahami dan mengenal diri sendiri dengan baik. Dan bila orang-orang lebih suka mengenal diri orang lain daripada diri sendiri, apakah mungkin dia meraih kualitas hidup dan kebahagiaan?

 Apakah salah kalau seseorang menilai orang lain? Tidak salah, tapi perilaku yang terlalu terbiasa untuk menilai kekurangan dan kelemahan orang lain, hanya akan menghasilkan ketidakbahagiaan ke dalam diri sendiri. Artinya, kekurangan dan kelemahan orang lain itu adalah energi negatif, yang berpotensi masuk ke dalam diri sendiri, dan mengurangi perasaan bahagia. Jadi, lebih baik menilai diri sendiri dan memperbaiki hal-hal yang masih kurang, agar diri bisa menjadi pribadi yang berkualitas, untuk menghasilkan kehidupan yang lebih indah dalam kebahagiaan. 

Bila seseorang sudah mampu menghapus sifat dirinya yang suka menghakimi perilaku orang lain, serta terbiasa berpikir positif terhadap semua realitas orang lain. Maka, dia akan menjadi mahir dalam memperkuat energi cinta dalam diri sendiri, dan akan memiliki sifat yang mencintai setiap orang secara tulus dari hati nurani.

 Mencintai diri sendiri adalah sesuatu yang sangat berharga untuk membuat hidup menjadi lebih baik. Sebab, saat seseorang benar-benar mencintai hidupnya, saat itu dia akan fokus untuk membuat dirinya memimpin menuju hidup yang dia impikan. Dan saat itu, dirinya menjadi terbiasa untuk menilai diri sendiri, dan memagari diri sendiri dari risiko yang membuat langkah perjalanannya mundur, serta memotivasi diri sendiri secara terus-menerus, untuk membuat langkah perjalanan hidupnya terus maju bersama kesuksesan. 

Tindakan suka menilai orang lain akan membuat diri cerdas mendefinisikan orang lain. Jadi, apa pun yang orang lain lakukan, pastilah dapat ditemukan hal-hal untuk dikomentari. Saat Anda terbiasa menilai sifat dan perilaku orang lain, saat itu Anda terus-menerus sedang memperkuat hal-hal terlemah di dalam diri Anda, dan pikiran Anda akan selalu tertutup untuk menemukan hal-hal positif yang memperkuat kepribadian Anda. 

Siapkan mental dan emosi untuk membiasakan diri, agar Anda bisa menilai diri sendiri. Apalagi, saat diri Anda dalam keadaan lemah, maka diperlukan fokus yang kuat dari diri sendiri, untuk menentukan pilihan dan keputusan yang memperkuat diri. Jangan sia-siakan diri Anda yang unik dan luar biasa, hanya untuk hidup dalam sifat, sikap, perilaku, karakter, dan gaya hidup orang lain. Pikirkan dan perhatikan hidup Anda sendiri, lupakan dan tinggalkan kebiasaan untuk menilai dan mengurusi pola hidup orang lain. Jadilah berharga untuk diri sendiri, agar semua hal yang Anda lakukan membawa manfaat buat kebaikan hidup semua orang. 

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/djajendra.com/suka-menilai-orang-lain-lupa-menilai-diri-sendiri_551932dba333110516b65929

Kamis, 12 November 2015

Ijinkan Hamba Menggelar Sajadah Bersamanya


Ada pinta dlm bait kata,,
Ada senandung jiwa dlm syair hati,
Ada kerelaan dlm melangitnya rasa cita,
Kala cahaya cinta berpendam di taman hati..

Ya Rabb…
“Ku ingin dia menjadi belahan jiwa ,Utk menyempurna agama
Kala mitsaqan ghaliza telah mematri kami..

Ya Rabb…
Izinkan aku membisikkan kata “Aku sungguh jatuh cinta pdnya”
Kala senyum bahagia kami merekah..
Ku berharap meminta“Tumpahkan barakahMu keatas kami”
Dikala ‘ku sentuh jemarinya’ yg lembut..

“Semoga kan menjadi taburan pahala” Kala bahtera kehidupan terlayari

Ya Rabb…
Ku menadah jemari “Jadikan kami sepasang cinta di dunia dan akhirat” Kala bunga cinta kami bersemi mekar..
“Semoga mereka akan jadi pelita,Semoga mereka akan jadi lentera,
Semoga mereka akan menjadi senyuman bangga Abi dan ummi nya di Yaumil hisab kelak”

Ya Rabb…
Izinkan daku jatuh cinta,
Kepada yang layak aku cinta ,
Izinkan daku jatuh cinta..
Hanya utk seseorg Yg telah diredhai dan diizinkan oleh Mu..

Aamiin ya Allah..
Ajari aku menjadi Bidadarimu




Wahai Akhy yang baik..

Ajari aku menjadi Bidadarimu.


Ajari aku menjadi wanita yang bertutur kata santun.


Ajari aku menjadi wanita yang berbudi pekerti mulia.


Ajari aku menjadi wanita yang pandai berhijab.


Ajari aku menjadi wanita yang sanggup menjaga 


kehormatan.

Agar aku tidak tersesat.


Agar aku tidak selalu berteman maksiat.

Agar aku menjadi wanita terhormat.

Yang selalu mendapat rahmat.

Aku tak sekedar hanya mencari pendamping.

Tapi aku lebih membutuhkan seorang pembimbing.

Aku tak sekedar hanya butuh cinta semata.

Tapi aku ingin seorang penuntun yang kelak bisa 

menjadikan aku mulia di hadapan_Nya.


Perbaiki aku ketika salah.

Ingatkan aku ketika khilaf.

Bimbinglah aku ke jalan yang lurus.

Agar kelak aku bisa menjadi seorang makmum yang baik.

Agar kelak aku menjadi seorang ibu yang baik buat anak-

anakku.

Yang pada akhirnya akan membawa diriku mendapat 

ridha_Nya.

Aamiin Ya Robbal 'Alamin