Kamis, 16 April 2015

Teori Investasi-Pengantar Makro

Pengantar Bisnis " Manajemen dan Organisasi "

Cerai Gara-gara Facebook

Istri Sering Main Facebook, Suami Marah


cerai gara-gara facebook
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum
Saya ingin bertanya, semalam saya dan suami bertengkar masalah facebook (FB), suami tidak suka saya bermain FB, mengomentari teman dll. Saya jelaskan sama suami kalau saya main FB hanya untuk ajang silaturrahmi, tapi dia masih tetap marah dan kami saling mempertahankan ego masing-masing karena mungkin kami merasa sama-sama benar.

Lalu keluarlah kata-kata dari suami saya, “kalau kamu lebih memilih facebook, pergi aja sana.” Mendengar kata-kata itu, saya terkejut dan takut kalau-kalau itu masuk cerai. lalu saya bilang sama suami, “kenapa ngomong asal, sudah jatuh thalaq untuk saya, dan semuanya sia-sia, kita sudah ga bisa bersama lagi”. Lalu suami saya menjawab, “habisnya kamu, dibilangin susah”.
Bagaimana hukumnya? Apakah benar telah jatuh thalaq untuk saya? Mohon dibalas dengan segera, syukran.
Wassalamu’alaikum.
Dari: Suryani
Jawaban:
Wa’alaikumussalam.

Pilih Facebook atau Keluarga?

Pertama, Sikap Anda mempertahankan facebook = termasuk kesalahan. Apalagi dilarang suami. Minimal, facebook telah menjadi sebab bencana bagi keluarga Anda. Dan tidak menutup kemungkinan, semacam ini juga menimpa keluarga kaum muslimin yang lain. Sementara Anda sama sekali tidak diuntungkan facebook. Seharusnya teknologi melayani kita, bukan kita yang menjadi korban teknologi.
Kemudian, yang Anda lakukan 100% bukan silaturrahmi. Karena rekan Anda di facebook bukan keluarga Anda. Kecuali jika Anda membuat group khusus keluarga Anda.
Kata “silaturrahim” atau “silaturrahmi” terdiri dari dua kata: silah, artinya hubungan dan rahim atau rahmi artinya rahim tempat janin sebelum dilahirkan. Sehingga yang dimaksud silaturrahim adalah menjalin hubungan baik dengan kerabat, sanak, atau saudara yang masih memiliki hubungan rahim atau hubungan darah dengan kita.
Dengan demikian, kata ini tidak bisa digunakan untuk menyebut hubungan yang dilakukan antar-tetangga, teman dekat, kolega bisnis, rekan kerja, dan semacamnya, yang sama sekali tidak memiliki hubungan darah dan kekerabatan dengan kita. Namun sekali lagi, kata ini hanya khusus terkait jalinan hubungan antar-kerabat yang memiliki hubungan darah dan kekeluargaan. Demikian penjelasan al-Qadhi Iyadh (Taudhihul Ahkam min Bulughil Maram, 6:253).
Beberapa kasus, hubungan pertemanan antara lelaki dan wanita yang bukan mahram terkadang beralasan dengan kata ini ‘silaturrahmi’. Ketika diingatkan, jangan pacaran, jangan melakukan komunikasi yang mengundang syahwat, alasannya, saya tidak ingin memutus silaturahmi. Beberapa suami atau istri yang kurang bertanggung jawab, melakukan hubungan komunikasi dengan lawan jenis sampai membuat cemburu pasangannya yang sah. Ketika diminta untuk memutus hubungan itu, hampir semua beralasan: saya tidak ingin memutus silaturrahmi. Masya Allah, mereka telah menjadi korban tipuan setan. Setan mengelabui hubungan haram atau minimal dapat mengantarkan kepada yang haram mereka seolah menjadi hubungan halal dan bahkan mendatangkan pahala: silaturrahmi.

Batasan-batasan keluarga yang wajib untuk dijaga hubungan silaturrahminya: 

Al-Qodhi Iyadh menjelaskan bahwa ulama berselisih pendapat tentang batasan keluarga yang wajib untuk dijaga hubungan silaturrahim dengannya.
Pendapat pertama, setiap keluarga yang masih memiliki hubungan mahram. Dimana, andaikan dua keluarga ini yang satu laki-laki dan yang satu perempuan, maka tidak boleh menikahkan keduanya. Pendapat ini berdalil dengan hadis yang melarang seorang laki-laki untuk menikahi seorang wanita dengan saudarinya atau bibinya sekaligus. Karena hal ini bisa menyebabkan putusnya tali silaturrahim antara keduanya. Berdasarkan pendapat ini, maka sepupu tidak termasuk kerabat RAHIM. Karena sepupu halal dinikahi.
Pendapat kedua, semua keluarga yang memiliki hubungan kekeluargaan saling mewarisi, baik mahram maupun bukan mahram. Ini berdasarkan keumuman sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “(Yang berhak mendapat warisan darimu) adalah keluarga dekatmu, kemudian yang lebih dekat, dan yang lebih dekat.” pendapat kedua ini lebih benar, insyaa Allah  (Taudhihul Ahkam min Bulughil Maram, 6:253).
Kedua, kalimat pengusiran, insyaa Allah bukan termasuk kalimat cerai yang tegas. Karena itu, dikembalikan kepada maksud suami. Jika tujuan dia mengucapkan kalimat itu untuk menceraikan istrinya, maka jatuh cerai satu untuk istrinya.
Keterangan selengkapnya bisa Anda dapatkan di:
Allahu a’lam
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina KonsultasiSyariah.com)


Rabu, 15 April 2015

ANTARA SI BODOH DAN SI PINTAR

Sejatinya tidak ada seorang pun manusia yang bodoh. 
Karena mereka semua diberi akal dan pikiran yang sempurna oleh Allah SWT daripada makhluk lainnya.
Namun sikap malasnya yang membunuh bibit-bibit kepintaran yang ada di diri mereka. 
Karena malas membunuh keinginan mereka untuk belajar menjadi pintar. 
Orang pintar itu mereka membutuhkan belajar bahkan terus belajar dan berulang-ulang karena mereka mempunyai prinsip tuntutlan ilmu sampai ke negeri China. 
Dan tidak ada kata orang bodoh di dunia ini, yang ada hanyalah yang dikata orang pintar itu dia belajar hingga mendapatkan ilmu terlebih dulu dan orang yang dikata bodoh itu hanyalah orang-orang malas, yang lelah dan mudah menyerah.

Kebodohan bukan untuk dijadikan senjata untuk merendahkan diri sendiri. sehingga memandang orang yang lebih pandai menjadi sok sombong...
Dan orang pandai bukan untuk membodohi orang lain dengan kepandaian yang iya miliki.

yang membedakan hanyalah pengalaman hidup.... antara orang yang satu dengan orang yang lain dimana mereka memiliki setiap masalah dan mampu menyelesaikan masalah itu  dengan caranya sendiri.. 
yang berusaha membuat orang lain bahagia ...
yang selalu sabar dari setiap cobaan...


itu baru hebat...

Karena segala sesuatunya itu bisa dipertanggung jawabkan baik dunia dan akhirat nanti.

Senin, 13 April 2015

Rumah Mu .. menjadi Saksi

Rumah Mu .. menjadi Saksi



Engkaulah Mataku.. ketika Q tak mampu melihat dengan keduanya....
Engkaulah telingaku.. ketika Q tak mampu mendengar suara2 itu....
Engkaulah air mataku.. ketika Q merindukan diriMu.....
Engkaulah hatiku... Ketika Q terluka....
Engkaulah jiwaku.. Ketika Engkau memeluk Q dengan kasihMu...
Engkaulah pemilik hati.. dari segala hati di diri ini....
Engkaulah pemilik Jiwa yang mengatur akan raga diri Q ini...

Engkau yang tak meninggalkan Q.. dikala Q sendiri...
Engkau yang tak pernah menjauhi Q.. dikala Q sedih....
Engkau yang selalu memberikan motivasi Q.. bahwa Q pasti bisa.. dan Q pasti mampu menghadapi ujian2 dari MU...
Engkau yang selalu memberikan Q kekuatan di kala Q rapuh..
Engkau yang selalu memberikan keajaibanMu untuk menghibur Q...
Dan Engkau yang tak pernah bosan mendengar keluh kesal Q...

Walau sering Q melupakanMu..
Walau sering Q ingkar dariMu...
Walau sering Q berbuat kesalahan terhadapMu....

Namun Engkau tak meninggalkan Q... Engkau hanya terdiam melihat segala tingkah Q. membiarkan Q menyadari sendiri segala kesalahan Q. 
Dan saat Q mengerti.. 
Engkau membisikkan kata... "tak mengapa.. inilah jalan yang sudah engkau pilih sendiri dan kau mengabaikan jalan yang sudah Ku tunjukkan ... yang akhirnya pilihan mu pernah membuat tersesat dirimu. Kini ikutilah jalan yang sudah  Ku tentukan untuk mu."

Maha Besar Engkau Ya Allah SWT ... atas kelembutan cinta dan kasih sayang yang tiada tara kepada diri Q ini. yang tak pernah sekalipun Q dapatkan dari seorang anak adam di dunia ini. 
Yang tak pernah membuat Q kecewa.. yang tak pernah membuat hati Q terluka... 
Dikala Rumah mu menjadi saksi pilunya hati hambaMu ini. Q peluk Al-Quran Kitab Q... Dan Q terlelap ... dan Q jumpai malaikat-malaikat utusanMu tersenyum kepada Q...  Subhanallah... Maha Kuasa  Engkau Ya Allah SWT..